Minggu, 27 April 2014

BIODATA

Saya Apriansyah Ramadhan yang pada awalnya lahir di Bogor pada tanggal 24 Maret 1992 dengan nama Afriansyah Ramadhan. Namun karena kesalahan penulisan ijaza SD maka tanggal lahir berubah menjadi 20 Maret dan nama diganti dari huruf f menjadi p. Yah berat memang, tapi mau bagaimana lagi...

Saya lahir dan besar di Bogor bersama orangtua dan kedua adik laki-laki saya. Tinggal di rumah sederhama disebuah kota kecil antara ibu kota Jakarta dan kota madya Bogor yaitu Cibinong. Ya dikota inilah saya lahir, bermain, sekolah dari TK sampai SMA dan barulah saya keluar kota ketika masuk perguruan tinggi. 

Sejak kecil saya sudah mengidap penyakit katarak bawaan lahir, dan kedua mata saya telah dilakukan operasi pengangkatan lensa mata karena penyakit tersebut. Maka sejak bayi umur 7 bulan saya sudah harus memakai kacamata tebal +13. Namun karena usia yang terlalu kecil dan sulitnya mencari kacamata untuk ukuran bayi maka kacamata baru mulai efektif saya pakai pada usia 1,5 sampain 2 tahun. 

Tebalnya kacamata yang saya kenakan serta dekatnya jarak-pandang membuat saya menerima banyak sekali ejekan dari teman-teman saya bahkan orang dewasa sekalipun sewaktu kecil. Namun hal itu tak membuat mental saya jatuh, bahkan saya memiliki banyak teman dan saya merasakan masa kanak-kanak yang sangat bahagia. 

Eiring tumbuh dewasa saya memilih komputer sebagai "teman" saya. Tak seperti anak normal lainnya yang bisa memilih kegiatan yang lebih "laki" seperti sepakbola, basket, dan otomotif, saya hanya mengutak-atik komputer untuk mengisi waktu luang selain bercengkramah dengan teman-teman dekat rumah. Karena kesenangan saya bermain dengan komputer inilah yang akhirnya saya memutuskan untuk mengambil program studi komputer di Universitas Gunadarma

PIDATO TENTANG LINGKUNGAN

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai, Melalui sebuah momen yang sangat tepat ini, perkenankan saya menyampaikan pidato dalam rangka Hari Lingkungan Hidup, untuk dijadikan renungan bagi Saudara-saudaraku semua. Namun sebelumnya marilah kita memanjatkan rasa syukur kita kepada Tuhan YME atas segala limpahan rahmatNya sehingga kita dikaruniai kesehatan dan kesempatan untuk berkumpul di tempat ini.

Saudara-saudaraku,
Hampir setiap hari kita mendengar berita tentang adanya penebangan-penebangan liar yang membabi buta yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sungguh saya  merasa sangat prihatin atas kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan bisnis kemudian mengesampingkan kelestarian hutan yang merupakan titipan anak cucu kita nanti. Berapa ribu meter kubik kayu telah mereka jarah. Sementara setelah itu mereka tinggalkan lahan yang sudah sedemikian kritis yang sangat membahayakan saudara-saudara kita yang lain dengan kemungkinan bencana banjir yang siap mengancam setiap saat.

Saudara-saudaraku,
Sadarlah, bahwa lingkungan kita ini merupakan sebuah sistem yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Jika salah satu bagiannya kita rusak maka bagian yang lain juga akan merasakan akibatnya. Maka dari itu, sudahilah kegiatan pembabatan hutan yang hanya mementingkan aspek bisnis tanpa mau peduli terhadap kelestarian lingkungan. Lestarikan lingkungan kita sebagai wujud syukur kita kepada Sang Maha Pencipta. Berikan hak-hak anak cucu kita berupa alam yang lestari untuk kelangsungan hidup segenap komponen alam.


Terima kasih atas perhatian Saudara-Saudaraku. Sekian.

Kamis, 10 April 2014

SENI BELADIRI SILAT SABENI

“JAWARA BETAWI”


Saat ini aliran Sabeni dilestarikan oleh anak dan keturunan dari Sabeni dan berpusat di daerah Tanah Abang, salah satunya adalah Bapak M. Ali Sabeni yang merupakan anak ke-7 dari Sabeni yang selain sebagai penerus Silat Sabeni juga seorang tokoh seniman Sambrah Betawi (Orkes Melayu Betawi).

” MAEN PUKULAN” ALIRAN SABENI
Tanah Abang, yang merupakan salah satu sentra perdagangan di Ibukota Jakarta dikenal sebagai salah satu sentra grosir pakaian yang terbesar di Indonesia bahkan ada yang berpendapat terbesar di Asia Tenggara.
Selain terkenal sebagai sentra perdagangan tekstil, Tanah Abang juga dikenal sejak dulu sebagai salah satu tempat yang melahirkan jago-jago silat (“maen pukulan”) salah satunya adalah Sabeni yang merupakan tokoh Betawi yang dikenal dengan jurus kelabang nyebrang dan merak ngigel. Jurus-jurus aliran Sabeni terkenal karena kecepatan dan kepraktisannya. Salah satu ciri khasnya adalah permainan yang rapat dan gerak tangan yang sangat cepat. Jurus-jurus aliran Sabeni apabila ditelaah lebih jauh merupakan aliran yang mengutamakan penyerangan dan tidak memiliki kembang dan murni untuk beladiri, berbeda dengan aliran Betawi lainnya yang dapat dipergunakan untuk tarian/ngibing.
Sabeni lahir sekitar tahun 1860 di Kebon Pala Tanah Abang dari orang tua bernama Channam dan Piyah. Sabeni namanya mulai mengemuka setelah Sabeni mampu menghadapi salah satu Jago daerah kemayoran yang berjuluk Macan Kemayoran ketika hendak melamar puteri si Macan Kemayoran untuk dijadikan isteri. Selain itu Peristiwa-peristiwa lainnya antara lain pertarungan di Princen Park (saat ini disebut Lokasari) dimana Sabeni berhasil mengalahkan Jago Kuntau dari Cina yang sengaja didatangkan oleh pejabat Belanda bernama Tuan Danu yang tidak menyukai aktivitas Sabeni dalam melatih maen pukulan para pemuda Betawi dan yang sangat fenomenal adalah ketika Sabeni dalam usia lebih dari 83 tahun berhasil mengalahkan jago-jago beladiri Yudo dan Karate yang sengaja didatangkan oleh penjajah Jepang untuk bertarung dengan Sabeni di Kebon Sirih Park (sekarang Gedung DKI) pada tahun 1943 atas kemenangannya Sabeni dibebaskan dan diberi hadiah satu dus kaos singlet satu dus Handuk.
Sampai usia 84 tahun Sabeni masih mengajar maen pukulan (beliau mengajar hampir keseluruh penjuru jakarta bahkan untuk mendatangi tempat mengajar beliau biasanya berjalan kaki), sampai meninggal dunia dengan tenang dan didampingi oleh murid dan anak-anaknya pada hari Jumat tanggal 15 Agustus 1945 atau 2 hari sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam usia 85 Tahun, beliau dimakamkan di Jalan Kuburan Lama Tanah Abang, yang lalu atas perjuangan Bapak M. Ali Sabeni salah satu putera beliau oleh pemerintah daerah DKI diganti menjadi Jalan Sabeni.
Saat ini aliran Sabeni dilestarikan oleh anak dan keturunan dari Sabeni dan berpusat di daerah Tanah Abang, salah satunya adalah Bapak M. Ali Sabeni yang merupakan anak ke-7 dari Sabeni yang selain sebagai penerus Silat Sabeni juga seorang tokoh seniman Sambrah Betawi (Orkes Melayu Betawi). Karena faktor usianya yang sudah 72 tahun lebih, tugas melatih saat ini diserahkan kepada putera laki-lakinya Bang Izul. Dalam salah satu kesempatan Bapak M. Ali Sabeni mengutarakan keinginannya agar Silat Sabeni ini dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda agar warisan ini tidak hilang oleh gerusan zaman.

PROFIL ALIRAN SABENI TENABANG
Aliran Sabeni Tenabang yang merupakan seni Maen Pukulan (“Pencak Silat”) ciptaan dari Engkong Sabeni (1860-1945), merupakan salah satu aliran Silat Betawi/Maen Pukulan yang berasal dari Betawi Tengah ( Tenabang/ Tanah Abang). Ciri khas dari salah satu seni Pencak Silat Betawi ini adalah permainan yang dekat/rapat serta pada keluwesan gerak dan kecepatan tangan yang disinkronisasikan dengan sabetan kaki untuk membanting.
Kecepatan pada aliran Sabeni merupakan hal penting dan wajib (bahkan saking cepatnya ada cerita yang menyatakan pada waktu Engkong Sabeni menunjukkan jurus-jurus inti, terkesan kakinya tidak menyentuh tanah), tanpa adanya kecepatan sulit untuk mengaplikasikan secara sempurna jurus-jurus serta teknik-teknik sabetan kaki dari Sabeni. Kecepatan dan keunikan gerakan aliran Sabeni inilah yang membuat aliran Sabeni merupakan aliran yang sangat disegani dan dihormati pada masa-masa Engkong Sabeni hidup, bahkan beberapa gerakan/jurusnya diaplikasikan oleh aliran lain sebagai pelengkap jurus-jurus aliran tersebut.
Aliran Sabeni memiliki 15 Jurus dasar yang terbagi atas Jalan Jurus dan Jurus Inti. Jurus yang terkenal dan melegenda di seantero Betawi adalah Jurus Kelabang Nyebrang dan Merak Ngigel. Ciri dari jurus kelabang nyebrang adalah gerakannya yang mengejar lawan dengan cepat seperti kelabang mengejar mangsanya berliku-liku, dengan dikombinasikan permainan tangan yang cepat tanpa henti yang dibarengi sesekali sabetan kaki kanan kiri secara bergantian. Jurus kelabang nyebrang ini apabila dilakukan dengan keluwesan dan kecepatan yang tinggi, memang akan sulit sekali untuk dihadapi karena konsentrasi lawan terpecah dua antara menghadapi serangan dari atas dan menghindari sabetan kaki agar tidak jatuh terbanting.
Selain Jurus Kelabang Nyebrang, Jurus Merak Ngigel juga tidak kalah tenarnya, banyak jago-jago baik dari Betawi maupun luar Betawi dijatuhkan dengan Jurus ini oleh Engkong Sabeni. Jurus Merak Ngigel memang unik, jurus ini meniru gerakan Merak yang sedang menari kasmaran membentangkan bulu-bulu ekornya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya (“ngigel”) ke kanan dan ke kiri. Aplikasi pada jurus adalah bulu-bulu ekor merak digantikan oleh tangan yang membentang pendek di depan dada yang lalu menarik kedua tangan lawan ke dekat dada yang diteruskan dengan pukulan siku dan serangan bawah mempergunakan pinggul, apabila dilakukan pada waktu yang tepat dan kecepatan yang tinggi diikuti gerakan memutar dari tubuh seperti putaran per, dapat mengakibatkan lawan terpental cukup jauh. Jurus Merak Ngigel biasanya dipergunakan untuk pertarungan yang sangat dekat/hampir tanpa ruang, jurus ini memang indah sehingga diaplikasikan oleh anak-anak Institut Kesenian Jakarta (“IKJ”) dalam salah satu seni tari kreasi anak-anak IKJ.
Jurus inti lainnya yang aplikasinya sulit dan menguras tenaga adalah Selat Bumi yaitu penggabungan seluruh jurus dasar yang dimainkan dengan poisi kuda-kuda sangat rendah (hampir jongkok) dengan arah gerakan kaki berdasarkan arah anak mata angin. Jurus ini dimainkan awalnya dengan posisi kuda-kuda rendah lalu setelah selesai rangkaian jurusnya lalu dimainkan diatas setelah selesai kembali turun (naik-turun-naik-turun dst), sehingga sangat menguras tenaga. Jurus ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi selain dari faktor tenaga juga gerakan, karena harus mampu membanting lawan dengan sabetan kaki dalam posisi kuda-kuda sangat rendah.