Kamis, 04 Oktober 2012

Dua Strategi Dasar Bisnis Ritel Serta Tiga Posisi Strategis


  • Konsep Ritel

Perdagangan ritel adalah suatu kegiatan menjual barang atau jasa kepada seseorang untuk keperluan diri sendiri, keluarga, maupun dalam berumah tangga (Berman, 2001). Retailer adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang terutama kekonsumen rumah tangga untuk digunakan secara non bisnis (Stanton, 1991). Menurut Gilbert (2003, p.14), ritel adalah setiap usaha yang mengarahkan upaya pemasarannya ke arah memuaskan pelanggan berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai sarana distribusi. Dalam saluran distribusi, ritel memegang peranan penting yaitu sebagai penghubung antara konsumen dan produsen dimana memiliki karakteristik yang berbeda. Ritel diharapkan dapat meningkatkan efisiensi bagi pemasok serta meningkatkan nilai   barang   yang dijual melalui peningkatan kualitas pelayanan terhadap konsumen. Retailer tentunya memiliki kesempatan dan posisi yang ideal untuk membangun pengalaman positif untuk konsumen (Schmitt, 2003, p.36).

Menurut Berman (2003), karakteristik dalam suatu bisnis ritel yang membedakannya dengan ensitas bisnis lain yaitu :
a.          Kuantiti yang kecil, yaitu partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikomsumsi sendiri dalam periode waktu tertentu.
b.         Impulse buying, yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses belanja konsumen.
c.          Kondisi toko, yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko.

  • Strategi dan Posisi Strategis

Ada 2 strategi dasar bisnis yang dapat diikuti oleh perusahaan, berdasarkan argumentasi seorang professor bisnis di Harvard, Michael Porter. yaitu :

1. Strategi diferensiasi produk memerlukan penambahan beberapa fitur atau pelayanan atas produk Anda yang tidak diberikan oleh para pesaing. Dengan melakukan hal ini, perusahaan akan dapat menetapkan harga premium ke para pelanggannya.

2. Strategi biaya rendah (low-cost) memerlukan perjuangan untuk menjadi penghasil suatu produk atau jasa yang paling efisien.

Kadang-kadang, sebuah perusahaan dapat berhasil baik dalam menghasilkan produk yang lebih baik dari para pesaingnya dengan biaya yang lebih rendah dari biaya rata-rata untuk industri tersebut. Akan tetapi, biasanya perusahaan harus memilih di antara kedua strategi tersebut. Apabila mereka berkonsentrasi untuk menjadi penghasil produk yang biayanya paling rendah, mereka harus melepas beberapa keistimewaan penambah nilai yang mungkin membedakan produk mereka dengan produk lainnya. Apabila mereka berfokus pada diferensiasi produk, mereka tampaknya tidak akan memiliki biaya yang paling rendah dalam industri mereka. Jadi, strategi bisnis melibatkan pemilihan.
Porter menggambarkan 3 posisi strategi dasar, yaitu :


1. Posisi strategis berdasar keanekaragaman (variety-based) melibatkan produksi atau penyediaan sebagian dari produk atau jasa dalam industri tertentu. Contoh: Jiffy Lube International adalah perusahaan yang mengadopsi posisi strategis berdasar keanekaragaman, dimana perusahaan tersebut tidak menyediakan jasa perbaikan mobil yang beranekaragam, tetapi mereka berfokus pada jasa ganti oli dan pelumas.

2. Posisi strategis berdasar kebutuhan (needs-based) melibatkan usaha untuk melayani hampir seluruh kebutuhan dari kelompok pelanggan tertentu. Termasuk didalamnya adalah mengidentifikasi target pasar. Sebagai contoh : sebuah perusahaan yang memfokuskan pada para pensiunan.

3. Posisi strategis berdasar akses (access-based) melibatkan sebagian pelanggan yang berbeda dari pelanggan lainnya dalam hal faktor-faktor seperti lokasi geografis atau ukuran. Hal ini menimbulkan perbedaan kebutuhan dalam melayani para pelanggan tersebut. Contoh : Perusahaan Edward Jones mengadopsi posisi strategis berdasar akses, dimana kantor pialang sahamnya sebagan besar terletak di kota-kota kecil yang tidak dilayani oleh kantor pialang lainnya yang lebih besar.

Memilih sebuah posisi strategis adalah hal yang penting karena hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk memfokuskan usaha-usahanya atau akibatnya perusahaan berisiko mencoba menjadi segalanya untuk semua orang.

  • Bagaimana Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Bisnis Ritel

Dizaman modern saat ini semua orang dapat dengan mudah menggunakan teknologi informasi untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk berbisnis. Dalam bisnis ritel saat ini pemanfaatan teknologi informasi mutlak diperlukan.  Teknologi informasi ini dapat digunakan untuk sarana promosi juga dapat untuk sarana transaksi. Dengan kecanggihan teknologi saat ini jarak dan waktu tidak lagi menjadi halangan untuk memperluas penjualan dan menarik lebih banyak konsumen. Ada banyak sarana teknologi informasi yang dapat digunakan dengan mudah dari yang gratis sampai yang berbayar. Nah yang sedang tren saat ini adalah pemanfaatan jejaring sosial, dan berikut ini beberapa contohnya:

Facebook
Twitter
BBM (BlackBerry Massanger)

Itu adalah jejaring sosial yang dapat dengan mudah dan sering digunakan oleh pebisnis ritel. Sya pun telah merasakan sendir. Ketika saya ingin menjual smartphone android saya, saya coba untuk menjual melalui Facebook dan Twitter. Hasilnya cukup memuaskan, datang beberapa calon pembeli untuk tawar-menawar terutama di twitter. Berhubung domisilih dan aktivitas saya di Bogor-Depok namun calon pembeli juga datang dari tempat yang jauh sperti Malang, Solo, dan Bandung.  Dan ada lagi bentuk sosial media yang dirancang khusu untuk tempat jual beli seperti:

Kaskus
Tokobagus
 Lazada
Berniaga

Dari beberapa forum jual beli diatas Kaskus merupakan forum jual beli yang sangat populer dan termasuk forum yang paling awal kemunculannya. Saya sendiri juga sudah pernah berbelanja di forum jual-beli kaskus dan saya juga member kaskus yang aktif diluar ofrum jual-beli


Daftar Sumber:

http://liawillyarti.wordpress.com/2010/12/13/strategi-pemasaran-ritel-terhadap-kepuasan-dan-loyalitas-konsumen/
http://fhanincredible.wordpress.com/2010/10/09/sia-dan-strategi-korporat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar