Sabtu, 15 November 2014

All About Me

Saya Apriansyah Ramadhan yang pada awalnya lahir di Bogor pada tanggal 24 Maret 1992 dengan nama Afriansyah Ramadhan. Namun karena kesalahan penulisan ijaza SD maka tanggal lahir berubah menjadi 20 Maret dan nama diganti dari Afriansyah menjadi Apriansyah (beda huruf f menjadi p). Yah… berat memang, tapi mau bagaimana lagi...

Saya lahir dan besar di Bogor bersama orangtua dan kedua adik laki-laki saya. Tinggal di rumah sederhama disebuah kota kecil (yang dulunya) nan tenang dan damai yang terletak diantara ibu kota Jakarta dan kota madya Bogor yaitu Cibinong. Ya dikota inilah saya lahir, bermain, sekolah dari TK sampai SMA dan barulah saya keluar kota ketika masuk perguruan tinggi. 

Sejak kecil saya sudah mengidap penyakit katarak bawaan lahir. Karena penyakit tersebut, saya harus menjalani operasi pengangkatan lensa mata pada kedua mata saya saat saya berumur kurang lebih tujuh bulan. Maka sejak sejak saat itu saya sudah harus memakai kacamata tebal +13. Namun karena usia yang terlalu kecil dan sulitnya mencari kacamata untuk ukuran bayi maka kacamata baru mulai efektif saya pakai pada usia 1,5 sampain 2 tahun. Ukuran yang kurang lazim membuat orang tua saya kesulitan mencari ukurang frame kacamata yang pas untuk balita seperti saya. Sudah berbagai macam toko-toko kacamata di kota besar seperti Jakarta didatangi namun tetap tidak menemukan ukuran frame yang sesuai. Sempat hamper putus asa, namun akhirnya orang tua saya berhasil menemukan frame yang cocok untuk saya ditempat yang tek terduga yaitu disebuah toko optic di kota Bogor. Kacamata pertamaku yang berbentuk bulat kecil nan tebal itupun masih tersimpan hingga kini dan nanti.

Tebalnya kacamata yang saya kenakan serta dekatnya jarak-pandang membuat saya menerima banyak sekali ejekan dari teman-teman saya bahkan orang dewasa sekalipun sewaktu kecil yang kalo kata orang-oarng zaman sekarang namanya bully tapi pada masa itubelom nge-trand kata bully. . Namun hal itu tak membuat mental saya jatuh, bahkan saya memiliki banyak teman dan saya merasakan masa kanak-kanak yang sangat bahagia. 


Kekurangan dalam pengelihatan  membuat saya tidak bias mengkuti semua kegiatan seperti anak-anak normal lainnya seperti bermain sepak bola dan berbagai kegiatan fisik lainnya. Tak hanya itu, disekolah saya tidak bias melihat tulisan dipapan tulis. Saya hanya mengandalkan pendengaran dari materi yang diterangkan oleh guru dan melihat catatan teman. Bahkan saat TK A atau 0 kecil kepala sekolah sempat menyarankan untuk pindah ke SLB  karena sulitnya saya untuk belajar menulis, namun ketika TK B saya suadah dapat menulis. Meski tak dapat melihat tulisan di papan tulis, namun hal itu tidak membuat saya ketinggalan pelajaran dan tetap dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Bahkan guru-guru saya memuji saya karena nilai-nilai saya sangat memuaskan. Tidak bagus-bagus amat karena saya tidak pernah mendapat rangking, namun cukup untuk saya melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA negeri. Ya di tengah-tengah lah…

Seiring tumbuh remaja saya memilih komputer sebagai "teman" saya. Tak seperti anak normal lainnya yang bisa memilih kegiatan yang lebih "laki" seperti sepakbola, basket, dan otomotif, saya hanya mengutak-atik komputer untuk mengisi waktu luang selain Walaupun tak bias mengikuti berbagai kegiatan namun saya tetap tidak minder dan tetap ikut nimbrung kalo teman-teman sedang bermain sepak bola missal walau hanya jadi penonton. Tapi tak selalu jadi penonton, terkadang saya suka ikut bermain sepak bolah walau ga pernah kebagian bola, namun lumayan lari-larinya mengeluarkan keringat jadi olahraga. 

Saya juga sangat suka otomotif seperti anak laki-laki lainnya, namun apa daya disaat anak remaja lainnya belajar motor saya tak mengkin melakukannya. Pengelihatan saya tidak memungkinkan saya untuk mengendarai kendaraan bermotor. Tapi kalo Cuma sepeda keliling komplek sih bias.. Utuk memuaskan hasrat bisang otomotif yah mungkincukup ngobrol-ngrobrol saja dengan teman dan liah di media-media sama yang paling penting sih nemebeng geratis tis tis tis…

Hal yang jua paling enyenangkan dalam hidup saya adalah ketika ayah saya memberikan kesempat saya untuk mencoba mengendarai mobil. Yah nyetir mibil, hal tidak me=ungkin saya lakukan dengan kondisi mata saya seperti ini. Namun saya bias mencobanya dilapangan kosng hanya untuk mencoba jalan maju-mundur, belok kanan kiri. Namun hal itu merupakan pengalaman paling menyenangkan bagi saya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar